Perjalanan nekad mencari Kulayja. Biskuit isi kurma khas Saudi.
Tampak dari depan toko oleh-oleh khas provinsi Al-Qassim, Saudi Arabia. |
Oleh-oleh Kulayja selain buat kawan-kawan yang mampir ke rumah kemarin,
Yang ini buat NET.. 😂
Alhamdulillah tayang. 💪🏽
Sebenarnya pencarian biskuit ini di Tanah Suci cukuplah sulit. Karena hampir semua orang khususnya pendatang tidak tahu apa itu Kulayja. Mereka yang menjawab dan tahu betul setelah aku tanyakan hanyalah warga Saudi.
Uniknya semuanya memberi arah yang berbeda saat aku tanya di mana toko Kulayja yang paling sip. Tapi hal seperti ini sudah seperti makanan ringan. Di Kairo lebih ekstrem untuk membuat orang tersesat setelah tanya arah jalan. Hahaha
Suatu malam aku pilih rekomendasi Majid Al-Ahdal. Tapi ia hanya bilang “distrik Al-Awali”. Akhirnya nekad, cari taksi yang mau mengantarkan orang dengan tujuan belum pasti. Satu taksi pun lewat, mungkin tak paham apa itu Kulayja. “Speak English!” biasanya salah paham dikira istilah apa gitu mungkin.
Taksi kedua, “Oke. Kita cari di Al-Awali tapi 25 Reyal ya!”
Di sini aku pun bingung. Kuota Internet hape habis. Tak tahu seberapa jauh distrik Al-Awali dan di mana toko tradisional Al-Qassim itu. Tapi jiwa nawarnya keluar. “Lima belas Reyal saja ya!”
Glodak. Ternyata mau. Transaksi gila. Sopir tidak tahu di mana toko tradisional Al-Qassim. Penumpangnya juga tidak tahu di mana ia mau turun. Yan jelas tawar menawar kok ya disetujui hahaha. Perjalanan 10 menit pertama, Bung Sopir yang berasal dari Pakistan itu sepanjang jalan telpon teman-temannya. Sekilas terdengar ia tanya tentang Kulayja dan distrik Al-Awali.
Tepat sebelum sopir putus asa, aku pesan padanya, “kalau ada orang Saudi, menepi biar aku coba tanya.” Satu orang berdarah Burma yang dialek Arabnya sudah perfect memberi arah yang tepat sekali. Sampailah kami, yoss! 😂
Penasaran Kulayja
Awalnya, ada seorang kawan pemuda Saudi yang sering post tentang khazanah budaya, sejarah, dan situs penting di Arab Saudi.
Namanya Majid Al-Ahdal. Di instagram dia aktif juga memotret wajah-wajah manusia khususnya di Kota Suci sekaligus mengampanyekan fotografi-dengan-gajet, bukan kamera khusus.
Suatu hari sebelum kami berangkat umrah, ia membuat story tentang sebuah biskuit kebanggaan penduduk provinsi Al-Qassim. Namun ternyata dari hasil penelusuran, biskuit Kulayja ini dulunya berasal dari Asia.
Dalam salah satu catatannya, Sang Pengelana Ibnu Batuta bercerita pernah singgah di Khawarizm. Di sana ia diundang dan dijamu berbagai makanan oleh penguasa Khawarizm. Secara spesifik ia menuliskan satu persatu menu di meja serta satu lagi, “.. dan sepotong roti yang dioles butter (samna), mereka menamainya al-Kulayja.”[]
Namanya Majid Al-Ahdal. Di instagram dia aktif juga memotret wajah-wajah manusia khususnya di Kota Suci sekaligus mengampanyekan fotografi-dengan-gajet, bukan kamera khusus.
Suatu hari sebelum kami berangkat umrah, ia membuat story tentang sebuah biskuit kebanggaan penduduk provinsi Al-Qassim. Namun ternyata dari hasil penelusuran, biskuit Kulayja ini dulunya berasal dari Asia.
Dalam salah satu catatannya, Sang Pengelana Ibnu Batuta bercerita pernah singgah di Khawarizm. Di sana ia diundang dan dijamu berbagai makanan oleh penguasa Khawarizm. Secara spesifik ia menuliskan satu persatu menu di meja serta satu lagi, “.. dan sepotong roti yang dioles butter (samna), mereka menamainya al-Kulayja.”[]
Write a comment
Post a Comment