"Setelah itu, dengan perkembangan metode pemisahan kromosom, peneliti lain kembali melakukan penelitian. Namun, hasilnya senada dengan sebelumnya; jumlah kromosom yang terlihat sebanyak 24 pasang.
Teori ini bertahan sampai tahun 1955, yaitu ketika seorang pria berkebangsaan Indonesia bernama Joe Hin Tjio beranjak dari Spanyol menuju Swedia untuk bekerja sama dengan Albert Levan (peneliti berkebangsaan Swedia). Mereka berdua memperoleh tandan kromosom (berupa gambar) yang lebih bagus dan melihat dengan jelas jumlah valid kromosom yang terkandung pada tiap sel manusia itu sebanyak 46 atau 23 pasang.
Namun begitu, mereka berdua tidak lantas merasa cukup dan kemudian merujuk ke belakang untuk melihat dan menghitung lebih teliti jumlah kromosom yang terpampang di gambar beberapa buku terdahulu; buku yang menyebutkan jumlah kromosom ialah 24 pasang. Ternyata, hasilnya bukanlah 24 melainkan 23 pasang, sesuai hasil penelitian mereka berdua. ... "
(Dialih-bahasakan dari mukadimah Qadhayâ Fiqhiyyah Mu'âshirah: al-Mâddah al-Wirâtsiyyah al-Génum, karangan Dr. Muhammad Ra'fat 'Utsman; salah satu diktat tingkat 1 Syari'ah Islamiyyah, al-Azhar, Kairo)
Catatan:
Teori Joe Hin Tjio dan Albert Levan inilah yang digunakan sampai sekarang.
Dalam buku ini dan juga sebuah artikel baru di Kompiasana, Joe disebut-sebut berkebangsaan Indonesia. Tapi, di Wikipedia dipaparkan alasan kenapa ia lebih dikenal sebagai ahli sitogenetika Amerika Serikat. Hal itu karena 23 tahun sisa hidupnya dihabiskan di National Institute of Health, AS.
Joe Hin Tjio lahir di P. Jawa, 2 November 1919 (lebih muda 18 tahun dari Bung Karno) dan meninggal pada 27 November 2001 di Gaithersburg, MD., Amerika Serikat.
Ia termasuk alumnus Sekolah Ilmu Pertanian, Bogor (sekarang IPB) dan mengenyam berbagai pendidikan di luar negeri seperti Spanyol dan Swedia. Jeruji besi pemerintahan Jepanglah yang ikut membuka jalan menuju luar negeri. Ia bebas dari penjara pada Perang Dunia II dan kemudian membulatkan tekad mengikuti kapal palang-merah yang menuju Belanda. Di sana ia mendapat akses beasiswa untuk kawasan Eropa. (catatan tambahan berasal dari berbagai sumber)
Teori ini bertahan sampai tahun 1955, yaitu ketika seorang pria berkebangsaan Indonesia bernama Joe Hin Tjio beranjak dari Spanyol menuju Swedia untuk bekerja sama dengan Albert Levan (peneliti berkebangsaan Swedia). Mereka berdua memperoleh tandan kromosom (berupa gambar) yang lebih bagus dan melihat dengan jelas jumlah valid kromosom yang terkandung pada tiap sel manusia itu sebanyak 46 atau 23 pasang.
Namun begitu, mereka berdua tidak lantas merasa cukup dan kemudian merujuk ke belakang untuk melihat dan menghitung lebih teliti jumlah kromosom yang terpampang di gambar beberapa buku terdahulu; buku yang menyebutkan jumlah kromosom ialah 24 pasang. Ternyata, hasilnya bukanlah 24 melainkan 23 pasang, sesuai hasil penelitian mereka berdua. ... "
(Dialih-bahasakan dari mukadimah Qadhayâ Fiqhiyyah Mu'âshirah: al-Mâddah al-Wirâtsiyyah al-Génum, karangan Dr. Muhammad Ra'fat 'Utsman; salah satu diktat tingkat 1 Syari'ah Islamiyyah, al-Azhar, Kairo)
Teori Joe Hin Tjio dan Albert Levan inilah yang digunakan sampai sekarang.
Dalam buku ini dan juga sebuah artikel baru di Kompiasana, Joe disebut-sebut berkebangsaan Indonesia. Tapi, di Wikipedia dipaparkan alasan kenapa ia lebih dikenal sebagai ahli sitogenetika Amerika Serikat. Hal itu karena 23 tahun sisa hidupnya dihabiskan di National Institute of Health, AS.
Joe Hin Tjio lahir di P. Jawa, 2 November 1919 (lebih muda 18 tahun dari Bung Karno) dan meninggal pada 27 November 2001 di Gaithersburg, MD., Amerika Serikat.
Ia termasuk alumnus Sekolah Ilmu Pertanian, Bogor (sekarang IPB) dan mengenyam berbagai pendidikan di luar negeri seperti Spanyol dan Swedia. Jeruji besi pemerintahan Jepanglah yang ikut membuka jalan menuju luar negeri. Ia bebas dari penjara pada Perang Dunia II dan kemudian membulatkan tekad mengikuti kapal palang-merah yang menuju Belanda. Di sana ia mendapat akses beasiswa untuk kawasan Eropa. (catatan tambahan berasal dari berbagai sumber)
(sumber gambar: google)
Write a comment
Post a Comment