Rintik hujan kian menderas sore itu. Hatiku
tergerak untuk keluar menemui seseorang. Payung aku ambil, bergegas menembus
rintik hujan yang kian ramai berkoloni membuat genangan-genangan baru di
pinggir jalan. Di tengah langkah kaki menembus hujan itu pikiranku melambung..
***
Aku adalah seorang santri di salah satu pondok
pesantren di Surabaya. Dalam atmosfer pesantren ini aku belajar banyak hal,
tentang agama, persahabatan, juga cinta.
Pagi
itu awal aku menjadi santri. Serangkaian kegiatan dalam masa orientasi pun aku
jalani. Sampai pada suatu hari aku melihat santri putri, kakak kelasku. Ia
terlihat sedang sibuk dengan kakak-kakak kelas yang lain. Sibuk mengatur acara
MOS madrasah. Pada ujung bibirnya terlihat simpul manis tiap kali ia berkata.
Tak heran, setelah aku bertanya mencari-cari tahu namanya, aku yakin harapan
orang tuanya yang tersirat pada namanya dikabulkan Sang Maha Cinta. Halwa,
bahasa arab yang berarti manis.
”Ning,
acara besok kamu yang menjadi mc yaa..”, kata santri putri, kakak kelasku, yang
ada di samping Halwa.
”Oh..
Iya. Insyaallah. Memangnya Ummi kemana? Bukannya biasanya ia yang....”, dengan
terpaksa aku potong tutur halusnya. Aku utarakan maksudku untuk meminta tanda
tangan, mengisi lembar panitia MOS, karena memang harus terisi penuh.
Allaaahh.. pulpenku terjatuh. Aku jongkok untuk
mengambilnya. Semakin bergetar hatiku tak menentu ketika ternyata Halwa juga
hendak mengambilnya. Ya tuhan.. bagaimana ini? Mataku tak sengaja menangkap
indahnya sudut mata Halwa yang hitam tipis oleh celak. Untuk kali ini hatiku
jatuh. Jatuh entah kemana. Melayang tak tentu arah..
***
Pikiranku
buyar. Kembali di bawah payung, di tengah rintik hujan sore itu. Aku menyadari
di sampingku ada Halwa yang memang aku temani sedari tadi. Kebetulan ia hendak
pulang ke rumahnya di Sidoarjo setelah berkunjung ke pondokku, menyampaikan
brosur salah satu universitas di Jakarta. Universitas Islam Negeri yang ia
tempati sekarang.
”Gus,
aku ndak bawa oleh-oleh ke sini,”, ucapnya.
”Nggih, mboten nopo kok.. Aku sudah bisa
melihat senyum yang tak kalah manis dengan dulu saja sudah cukup menjadi
oleh-oleh tersendiri buatku.”, jawabku sambil terus berjalan.
Percakapan
kami terus berlanjut meski di tengah hujan dan dalam perjalanan yang singkat bagi
hati sepasang kekasih yang sedang berbunga ini. Kami berjalan bersama. Aku
membawa payung, ia juga membawa payung sendiri. Tetap dengan jarak yang kami
jaga. Selama ini kami memang sepasang kekasih yang saling menjaga. Menjaga
kepercayaan hati, aku di Surabaya dan ia Jakarta. Menjaga keimanan agar cinta
tidak berkelana semau hawa. Aku menjaga cintanya. Halwa menjaga cintaku. Meski
jarak menjadi satir berlapis bagi kami.
”Terima
kasih yaa gus...”, ucapnya dari jendela angkot kuning yang masih terus ditimpa
rintik hujan.
”Jangan
lupa payung tadi.. nanti dikembalikan ke kantor pondok putri yaa.. Aku
merindukanmu..”, imbuhnya halus sambil melambaikan tangan padaku yang masih
berdiri di tepi trotoar. Aku membalasnya dengan senyum. Angkot itu berjalan
perlahan. Aku terus memandanginya. Menjauh..menjauh..hilang. dan wajahku masih
membawa senyum di sepanjang langkahku kembali menuju asrama pesantren. -end-
sumber gambar: ickhaa.blogspot.com
hallo. I knew your blog from my friend who studying in marocco. I did interested in your story. I thought you were my friend in second generation of aliyah acceleration program of Amanatul Ummah Pacet, but unfortunately not. I recently found out that there axeleration graduate was studying in Egypt. I just noticed that your writing is very good. Hm, about your story above, is that a true story Mu'hid? :)
ReplyDeleteOh ya? I just write what I want, mba' ning.. All of my writing is my life. But, all of my life shouldn't be written as subject, object, or even a walk-on role.
ReplyDeletehallahh nggedumel ora nggenah, mba' ning.. hehe..
Kulo lare ndeso, ngertos bahasa Inggris namung Ai, Yu, Dhey, We. hheehe..
Tulisanku masih sarat kekurangan, mba' ning..
Apalagi yang ini.. Aku menyesal memotongnya karena memenuhi kriteria lomba, sedangkan aku ndak menyimpan apa yang semestinya berjalan dan sudah aku hapus. huft.
Terima kasih sudah mau singgah di blogku yang amburadul, mba' ning..
Aku jadi malu, tamunya mba' ning dokter lagi, hehe
akh, lagi-lagi aku baca karangan ini,
ReplyDelete'semangat menceriakanmu lho, berdarah' aku tau apa yang anda rasakan saat itu :D
Ah, benar kah? hahaha Sudah lewat dan kini tersisa cerita pendek ini.
Delete